Pulau Una Una memiliki latar sejarah tentang kekayaan dan keunikan jika meninjau dinamika geologisnya dan peran Gunung Colo.
Pulau ini terkenal dengan kesuburan tanahnya, kemudian mengalami erupsi dahsyat di tahun 1898 dan 1983, yang berdampak besar pada kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang mendiami pulau itu.
Bahkan Abu kelabu Gunung Colo hingga merambah ke Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, semua aktifitas terhenti disaat itu Putra terbaik Pulau Una Una, Drs. H. Ghalib Lasahido, S.H menjabat Gubenur Sulawesi Tengah.

Catatan : Rahmat Wartawan Gerbang Sulawesi Biro Kepulauan Togean

Foto Istimewa
Saksi sejarah tentang pulau yang digelar pulau ringgit, dengan adanya Masjid Jami Darul Salam yang hingga kini masih berdiri dalam kesunyian alam, meskipun pernah disentuh diguncang hebat.
Dari beberapa situs diperoleh catatan, Pulau Una Una meninggalkan peradaban masa lalu. Mesjid Jami Darul Salam melukiskan kemegahan yang terlihat dari perpaduan asitektur Eropa, Cina dan Arab.
Meskipun bangunan itu masih berdiri dibungkus ornament menajubkan, perlahan mulai mulai rapuh seiring perjalanan waktu yang terus berganti, meninggalkan keheningan alam yang membuat hati rindu.
Dalam catatan sejarah Mesjid itu didirikan oleh Raja Una Una, Mohammad Laudjeng Daeng Materru pada tahun 1914 konon diresmikan oleh HOS Tjokro Aminoto tahun 1916.
Bencana Gunung Colo 1983 dan derita masyarakat
Suasana yang tenang semua aktifitas berjalan lancar tanpa merasakan gejala awal karena dinamika rutintas kehidupan masyarakat disana, sehingga guncangan hebat dasyat yang datang tiba-tiba muntahan bebatuan dan lahar panas menimbulkan kepanikan.
Aktifitas pembangunan Jalan lingkar masih sementara dikerjakan oleh CV Antrariksa total terhenti. Peralatan berat dievakuasi dengan KMP feri Lemuru yang didatangkan karena situasi darurat, meninggalkan layanan penyeberangan Luwuk Salakan hingga Banggai. Saksi sejarah saat kejadian, adalah Ketua DPRD Banggai H. Saripudin Tjatjo, SH saat guncang hebat berada dipulau Una Una saat itu.
Tragedi letusan Gunung Colo di Pulau Una-Una pada tahun 1983 adalah tragedi alam yang dialami masyarakat yang mendiami Pulau yang berada dalam lingkar teluk Tomini. Diketahui, banyak putra daerah terbaik berasal dari pulau yang kaya ini.
Kejadian itu membuat masyarakat harus meninggalkan pulau Una Una, eksedus masyarakat menempati penampungan pengungsian dibeberapa wilayah, yang terbanyak ke Ampana.
Tak sedikit air mata tercurah dibungkus kesedihan, tak sedikit derita mendera akibat kehilangan harta benda, meninggalkan rumah yang menjadi kerajaan keluarga bagi mereka, entah seperti apa jadinya.
Kemudian oleh kebijakan pemerintah orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, para pengungsi direlokasi kerumah transmigrasi yang dibangun didesa Batudaka, lebih familiar dengan sebutan Padauloyo, di Kecamatan Ampana Tete.
Diketahui, Pulau Una Una masih merupakan bagian dari wilayah eks, pembantu Bupati keresidenan Ampana Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, Bupati Poso Kolonel Inf. Drs. R.P. Marto Herlan Koeswandi. Ia menjabat sebagai Bupati Poso ke-8 selama dua periode, dari tahun 1973 hingga 1984.
Pulau dijuluki pulau ringgit, tinggal kenangan dalam sejarah panjang yang mengisahkan catatan adalah jalur perdagangan Indonesia Timur dizaman penjajahan, selain Pelabuhan Donggala menjadi bandar perdagangan yang ramai.
Gunung colo menyisahkan aktifitasnya.
Gunung Ambu adalah bagian gunung Colo, masih aktif hingga saat ini, terletak di Pulau Una-Una, Kawasan Kepulauan Togean, di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.
Gunung ini terbentuk setelah letusan besar Gunung Colo pada tahun 1983, yang juga melahirkan gunung baru lainnya, yaitu Gunung Sokora, kawah pasca-erupsi besar Gunung Colo.
Keunikan Gunung Ambu, berbeda dengan Gunung Colo yang kini relatif tenang, Gunung Ambu justru menunjukkan aktivitas vulkanik yang mencolok.
Dari kawah Gunung Ambu, masih terdengar suara gemuruh dan semburan uap panas yang keluar dari puluhan titik, dengan ukuran diameter variatife, dari yang kecil hingga ukuran besar.
Kawah diameter sekitar 30–50 meter dan dikelilingi oleh aliran sungai yang airnya bersuhu hangat hingga panas, menjadi keunikan tersendiri.
Pulau Una Una adalah salah satu destinasi wisata yang memiliki akses untuk mencapai kawah Gunung Ambu, perjalanan dimulai dengan sepeda motor melalui bekas jalan desa dan tepi pantai.
Perjalanan dilanjutkan dengan tracking menyusuri sungai dengan kehangatan airnya. Ada beberapa titik pendakian yang harus dilewati, membutuhkan sedikit tenaga.
Jalur ini cukup bersahabat bagi para petualang yang pernah kesana, disekitar kawah panorama alam disunguhkan uap panas yang membumbung dibarengi suara gemuruh yang eksotik mengetarkan kalbu. Adalah isyarat tanpa kata, tentang kekuasaan mutlak sang Maha Pencipta dan Yang maha mengatur. (editor samas)