GERBANG SULAWESI _ LUWUK – Marten, salah seorang ABK KLM Maryam Indah yang selamat dari kebakaran kapal di perairan Luwuk, mengungkapkan fakta mengejutkan di balik muatan kapal naas tersebut.
Menurut Marten, dirinya bersama ABK lain hanya diperintahkan untuk mengangkut 19 ton Pertalite dan puluhan tabung gas elpiji oleh pemilik kapal yang berada di Taliabo. Bahan bakar itu, kata dia, bukan diperoleh dari depo resmi, melainkan dibeli secara eceran di sekitar Pelabuhan Rotan Luwuk.
“Kami hanya disuruh angkut barang dari bos di Taliabo. Pertalite sama tabung gas itu dibeli eceran di sekitar Pelabuhan Rotan, ditampung di belakang gudang, lalu dimuat ke kapal,” ungkap Marten saat ditemui di RSUD Luwuk, Sabtu (13/9).
Marten menuturkan, tak lama setelah kapal berlayar, api tiba-tiba muncul dari lambung kapal dan cepat menyambar muatan. “Kami panik, ada yang ambil air tapi api terlalu besar. Kopra, pertalite, gas semua bikin api makin cepat membesar,” ujarnya.
Dalam kejadian itu, tiga ABK berhasil dievakuasi—dua selamat, termasuk Marten, dan satu Landesa , La Anto, ditemukan meninggal dunia. Sementara dua lainnya, La Alami dan La Hamid, hingga kini masih dalam pencarian tim SAR gabungan.
Marten mengaku kecewa karena hingga saat ini pemilik kapal di Taliabo tidak menunjukkan tanggung jawab. “Kami ini hanya kerja, tapi nyawa taruhannya. Bos harus bertanggung jawab. Saya minta keluarga saya di Taliabo dihubungi,” tegasnya.
Tim SAR gabungan hingga kini masih melakukan penyisiran di sekitar lokasi kejadian, dengan mengerahkan KN SAR Bhisma, Sea Rider, dan speed boat KPLP.





